Kota Cirebon adalah sebuah kota mandiri terbesar ke-2 di Provinsi Jawa Barat, setelah ibu kota Jawa barat, yakni Bandung. Kota ini berada di pesisir Laut Jawa, di jalur pantura (pantai utara). Jalur pantura Jakarta-Cirebon-Semarang merupakan jalur terpadat di Indonesia. Kota Cirebon juga merupakan kota terbesar ke-4 di wilayah pantura setelah Jakarta, Surabaya, dan Semarang.
Karena letaknya yang sangat strategis, yakni di persimpangan antara Jakarta, Bandung, dan Semarang, menjadikan Kota Cirebon sangat cocok dan potensial untuk dijadikan lahan investasi dalam segala bidang seperti hotel, rumah makan, pusat perbelanjaan, dan pendidikan, sehingga Kota Cirebon merupakan pilihan yang sangat tepat untuk berinvestasi. Dengan didukung oleh kegiatan ekonomi yang baik dan terpadu menjadikan Kota Cirebon berkembang menjadi kota metropolitan ketiga di Jawa Barat setelah metropolitan BoDeBek (Bogor, Depok, Bekasi) yang merupakan hinterland/kota penyangga bagi ibu kota Jakarta dan Metropolitan Bandung.
Kota Cirebon merupakan pusat bisnis, industri, dan jasa di wilayah Jawa Barat bagian timur dan utara. Banyak sekali industri baik skala kecil, menengah, dan besar menanamkan modalnya di kota ini. Dengan didukung oleh banyaknya orang-orang yang bekerja, beraktifitas dan menuntut ilmu di Kota Cirebon, sekitar kurang lebih 1.000.000 orang, menjadikan Kota Cirebon lebih hidup. Pembangunan di Kota Cirebon juga menggeliat dan menunjukkan respons positif, hal ini terbukti dengan banyaknya bangunan-bangunan besar dan tinggi yang berada di jalan-jalan utama Kota Cirebon.
Saat ini, wajah Kota Cirebon telah berubah menjadi kota modern mandiri ke-3 di Pulau Jawa bagian barat setelah Jakarta dengan kota-kota satelitnya (Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi), serta Bandung dengan kota-kota satelitnya (Tasikmalaya, Cimahi, Subang, Purwakarta, Cianjur, dan Garut). Kini, pemerintah wilayah Cirebon sedang giat-giatnya mengembangkan potensi wilayah Kota Cirebon Metropolitan dengan kota-kota satelitnya (Indramayu, Majalengka, Kuningan, dan sebagian Jawa Tengah bagian barat yakni Tegal, Brebes, Purwokerto, dan Pekalongan). Dahulu, Cirebon merupakan ibu kota Kesultanan Cirebon dan Kabupaten Cirebon, namun ibu kota Kabupaten Cirebon kini telah dipindahkan ke Sumber.
Cirebon juga disebut dengan nama Kota Udang dan Kota Wali. Sebagai daerah pertemuan budaya JawaSunda sejak beberapa abad silam, masyarakat Cirebon biasa menggunakan dua bahasa, bahasa SundaJawa.
Menurut Manuskrip Purwaka Caruban Nagari, pada abad XIV di pantai Laut Jawa ada sebuah desa nelayan kecil bernama Muara Jati. Pada waktu itu sudah banyak kapal asing yang datang untuk berniaga dengan penduduk setempat. Pengurus pelabuhan adalah Ki Gedeng Alang-Alang yang ditunjuk oleh penguasa Kerajaan Galuh (Padjadjaran). Dan di pelabuhan ini juga terlihat aktifitas Islam semakin berkembang. Ki Gedeng Alang-Alang memindahkan tempat pemukiman ke tempat pemukiman baru di Lemahwungkuk, 5 km arah selatan mendekati kaki bukit menuju Kerajaan Galuh. Sebagai kepala pemukiman baru diangkatlah Ki Gedeng Alang-Alang dengan gelar Kuwu Cerbon.
Pada perkembangan selanjutnya, Pangeran Walangsungsang, putra Prabu Siliwangi ditunjuk sebagai Adipati Cirebon dengan gelar Cakrabumi. Pangeran inilah yang mendirikan Kerajaan Cirebon, diawali dengan tidak mengirimkan upeti kepada Raja Galuh. Oleh Raja Galuh dijawab dengan mengirimkan bala tentara ke Cirebon untuk menundukkan Adipati Cirebon, namun ternyata Adipati Cirebon terlalu kuat bagi Raja Galuh sehingga ia keluar sebagai pemenang.
Dengan demikian, berdirilah kerajaan baru di Cirebon dengan raja bergelar Cakrabuana. Berdirinya Kerajaan Cirebon menandai diawalinya Kerajaan Islam Cirebon dengan pelabuhan Muara Jati yang aktifitasnya berkembang sampai kawasan Asia Tenggara.
1. Periode Tahun 1270-1910.
Pada abad XIII Kota Cirebon ditandai dengan kehidupan yang masih tradisional dan pada tahun 1479 berkembang pesat menjadi pusat penyebaran dan Kerajaan Islam terutama di wilayah Jawa Barat.c Kemudian setelah penjajah Belanda masuk, dibangunlah jaringan jalan raya darat dan kereta api sehingga mempengaruhi perkembangan industri dan perdagangan.
2. Periode Tahun 1910-1937
Pada periode ini Kota Cirebon dishkan menjadi Gemeente Cheirebon dengan luas 1.100 Hektar dan berpenduduk 20.000 jiwa (Stlb. 1906 No. 122 dan Stlb. 1926 No. 370).
3. Periode Tahun 1937-1967
Tahun 1942 Kota Cirebon diperluas menjadi 2.450 hektar dan tahun 1957 status pemerintahannya menjadi Kota Praja dengan luas 3.300 hektar, setelah ditetapkan menjadi Kotamadya tahun 1965 luas wilayahnya menjadi 3.600 hektar.
4. Periode Tahun 1967-Sekarang
Wilayah Kota Cirebon sampai saat ini seluas 3.735,82 hektar. Terbagi dalam 5 kecamatan dan 22 kelurahan
Pada abad XIII Kota Cirebon ditandai dengan kehidupan yang masih tradisional dan pada tahun 1479 berkembang pesat menjadi pusat penyebaran dan Kerajaan Islam terutama di wilayah Jawa Barat.c Kemudian setelah penjajah Belanda masuk, dibangunlah jaringan jalan raya darat dan kereta api sehingga mempengaruhi perkembangan industri dan perdagangan.
2. Periode Tahun 1910-1937
Pada periode ini Kota Cirebon dishkan menjadi Gemeente Cheirebon dengan luas 1.100 Hektar dan berpenduduk 20.000 jiwa (Stlb. 1906 No. 122 dan Stlb. 1926 No. 370).
3. Periode Tahun 1937-1967
Tahun 1942 Kota Cirebon diperluas menjadi 2.450 hektar dan tahun 1957 status pemerintahannya menjadi Kota Praja dengan luas 3.300 hektar, setelah ditetapkan menjadi Kotamadya tahun 1965 luas wilayahnya menjadi 3.600 hektar.
4. Periode Tahun 1967-Sekarang
Wilayah Kota Cirebon sampai saat ini seluas 3.735,82 hektar. Terbagi dalam 5 kecamatan dan 22 kelurahan
Adapun urutan nama-nama yang pernah memimpin Kota Cirebon
dari jaman Belanda sampai dengan saat ini adalah sebagai berikut :
dari jaman Belanda sampai dengan saat ini adalah sebagai berikut :
- 1920 – 1925 Burger Meester YH Johan
- 1925 – 1928 Burger Meester SE Hotman
- 1928 – 1933 Burger Meester Gostrom Slede
- 1933 – 1938 Burger Meester HEC Kontic
- 1938 – 1942 Burger Meester HSC Hupen
- 1942 – 1943 SHITO Asikin Nataatmaja
- 1943 – 1949 SHITO Muniran Suria Negara
- 1949 – 1950 Wakil Kota Prinata Kusuma
- 1950 – 1954 Wakil Kota Mustafa Suryadi
- 1954 – 1957 Wali Kota Hardian Karta Atmaja
- 1957 – 1959 Walikota Prawira Amijaya
- 1959 – 1960 Walikota Moh Safei
- 1960 – 1965 Walikota RSA. Prabowo
- 1965 – 1966 Walikota R. Sukardi
- 1966 – 1974 Walikota Tatang Suwardi
- 1974 – 1981 Walikota H Aboeng Koesman
- 1981 – 1983 Walikota Drs. H. Achmad Endang
- 1983 – 1988 Walikota Drs. Moh. Dasawarsa
- 1988 – 1993 Walikota Drs. H. Kumaedhi Syafrudin
- 1993 – 1998 Walikota Drs. H. Kumaedhi Syafrudin
- 1998 – 2003 Walikota Drs. H. Lasmana Suriaatmadja
- 2003 – 2008 Walikota Subardi
- 2008 – 2013 Walikota Subardi
A. Bentuk Lambang Daerah
Lambang daerah terdiri dari 3 (tiga) bagian yaitu :
a. Bagian atas berupa sebuah pita yang bertuliskan Kota Cirebon
b. Bagian dalam berupa sebuah perisai yang didalamnya terdapat gambar sebagai berikut :
- Bagian atas berupa sebuah daun jati dan sembilan bintang
- Bagian tengah berupa garis bergerigi sembilan buah
- Bagian bawah berupa lukisan laut berombak dan gambar udang rebon
c. Bagian bawah berupa sebuah pita yang bertuliskan Gemah Ripah Loh Jinawi
B. Tata Warna Lambang Daerah
Tata warna lambang daerah adalah sebagai berikut :
a. Warna dasar perisai
- Perisai bagian atas berwarna kuning emas
- Perisai bagian bawah berwarna putih
b. Isi perisai
- Daun jati berwarna hijau tua
- Lukisan laut berombak berwarna biru
- Gambar udang rebon berwarna kuning emas
- Garis bergerigi sembilan buah berwarna hitam
- Sembilan bintang berwarna putih
C. Warna dasar lambang adalah berwarna hitam yang menghiasi perisai dan pita
D. Arti dan Lambang Daerah
Lambang daerah yang dilukiskan dalam tata warna sebagai mana yang tertuang dalam Peraturan Daerah No.2 Tahun 1989 sebagai berikut :
a. Daun jati yang berwarna hijau tua, mengandung arti bahwa pada zaman dahulu di Cirebon ada seorang pemimpin para wali yang berbudi luhur dan bertahta serta disemayamkan di Gunungjati dengan nama Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunungjati yang menyebarkan Agama Islam di tanah Jawa.
b. Sembilan buah bintang berwarna putih, mengandung arti Walisanga. Kota Cirebon terkenal sebagai tempat berkumpulnya para wali untuk bermusyawarah dalam hubungannya dengan ilmu Agama Islam yaitu :
- 4 (empat) buah bintang diatas dasar kuning emas menggambarkan ilmu syariat, hakekar, terekat dan ma'rifat.
- 5 (lima) buah bintang di dalam gambar daun jati menggambarkan rukun Islam, yaitu syahadat, sholat, zakat, puasa dan haji.
c. Lukisan laut berombak berwarna biru, mengandung arti bahwa masyarakat Kota Cirebon mempunyai kegiatan bekerja di daerah pantai (nelayan), dengan penuh keikhlasan (jalur putih) dalam menunaikan kewajiban masing-masing untuk kepentingan bangsa dan negara
d. Gambar udang rebon berwarna kuning emas, mengandung arti bahwa hasil laut telah memberikan kemakmuran kepada masyarakat Cirebon. Adapun udang rebon merupakan bahan baku untuk pembuatan terasi yang terkenal dari Kota Cirebon
e. Garis bergerigi sembilan buah berwarna hitam yang melukiskan benteng yang mendatar berpuncak sembilan buah, menggambarkan arti bahwa Kota Cirebon bercita-cita melaksanakan pembangunan di segala bidang/sektor di seluruh kotanya untuk kemakmuran rakyat.
f. Perisai yang bersudut lima, mengandung arti bahwa perjuangan dalam mempertahankan dan menegakkan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diprolamasikan tanggal 17 Agustus 1945.
g. Warna dasar kuning emas perisai bagian atas melambangkan Kota Cirebon sebagai kota pantai yang bercita-cita melaksanakan pembangunan untuk mewujudkan masyarakat yang tertib, tentram, adil dan makmur.
h. Warna putih pada perisai bagian bawah melambangkan Kota Cirebon letaknya di pinggir laut atau Kota Pantai yang siap sedia (jalur biru) memberikan hasil laut yang berguna dan berharga bagi kehidupan rakyatnya
i. Pita melingkari perisai dengan warna kuning melambangkan persatuan, kebesaran dan kejayaan.
j. Dasar lambang yang berwarna hitam melambangkan keabadian.
Motto Daerah yang merupakan semboyan kerja adalah Gemah Ripah Loh Jinawi, yang bermakna :
Pengertian Bahasa :
Gemah Ripah berarti negara jembar serta banyak rakyatnya;
Loh Jinawi artinya subur makmur
Pengertian Keseluruhan :Gemah Ripah Loh Jinawi adalah perjuangan masyarakat sebagai bagian bangsa Indonesia bercita-cita menciptakan ketentraman/perdamaian, kesuburan, keadilan, kemakmuran, tata raharja serta mulia abadi.
VISI :
Meningkatnya Kualitas Sumber Daya Manusia Menuju Kota Cirebon yang Sejahtera di Tahun 2013 secara berkelanjutan
MISI :
Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia, dengan tujuan yang akan dicapai yaitu:
Meningkatkan daya beli masyarakat
Meningkatkan kualitas tenaga kerja
Meningkatkan pengentasan kemiskinan di masyarakat
Meningkatkan kualitas pendidikan dan memperkecil anak putus sekolah
Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
Meningkatkan profesionalisme pelayanan rehabilitasi dan bantuan sosial
Mengoptimalkan pemanfaatan ruang kota dan pelestarian keseimbangan lingkungan
Meningkatkan profesionalisme aparatur dan revitalisasi kelembagaan pemerintah kota yang efektif dan efisien menuju pemerintahan yang baik, bersih dan bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme
Meningkatkan keamanan dan ketertiban umum
Meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan sarana dan pra sarana ekonomi, serta produktifitas ekonomi yang berdaya saing tinggi
Melestarikan dan mengembangkan budaya dan pariwisata yang bertumpu pada nilai-nilai dan budaya cirebonan
Kota Wali, demikianlah julukan untuk Kota Cirebon. Kota Cirebon terletak di daerah pantai utara Propinsi Jawa Barat bagian timur. Dengan Letak geografis yang strategis, yang merupakan jalur utama transportasi dari Jakarta menuju Jawa Barat, Jawa Tengah, yang melalui daerah utara atau pantai utara (pantura). Letak tersebut menjadikan suatu keuntungan bagi Kota Cirebon, terutama dari segi perhubungan dan komunikasi.
Geografis Kota Cirebon terletak pada posisi 108.33o dan 6.41o Lintang Selatan pada pantai Utara Pulau Jawa, bagian timur Jawa Barat, memanjang dari barat ke timur 8 kilometer, Utara Selatan 11 kilometer dengan ketinggian dari permukaan laut 5 meter dengan demikian Kota Cirebon merupakan daerah dataran rendah dengan luas wilayah administrasi 37,35 km2 atau 3.735,8 hektar yang mempunyai batas-batas :
- Sebelah Utara : Sungai Kedung Pane
- Sebelah Barat : Sungai Banjir Kanal / Kabupaten Cirebon
- Sebelah Selatan : Sungai Kalijaga
- Sebelah Timur : Laut Jawa
Iklim, Air Tanah dan Sungai
Keadaan angin terdapat tiga macam angin :
Angin Musim Barat : Desember - Maret
Angin Pancaroba : April - Nopember
Angin Musim Timur : Mei - Oktober
Kota Cirebon termasuk daerah iklim tropis, dengan suhu udara minimum rata-rata
22,3 oC dan maksimun rata-rata 33,0 OC dan banyaknya curah hujan 1.351 mm per tahun dengan hari hujan 86 hari. Keadaan air tanah pada umumnya dipengaruhi oleh intrusi air laut, sehingga kebutuhan air bersih masyarakat untuk keperluan minum sebagian besar bersumber dari pasokan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Cirebon yang sumber mata airnya berasal dari Kabupaten Kuningan.
Sedangkan untuk keperluan lainnya sebagian besar diperoleh dari sumur dengan kedalaman antara dua meter sampai dengan enam meter, di samping itu ada beberapa daerah/wilayah kondisi air tanah relatif sangat rendah dan rasanya asin karena intrusi air laut dan tidak dapat digunakan untuk keperluan air minum.
Tanah sebagian subur dan sebagian kurang produktif disebabkan tanah pantai yang semakin luas akibat endapan sungai-sungai. Pada umumnya tanah di Kota Cirebon adalah tanah jenis regosal yang berasal dari endapan lava dan piroklasik ( pasir, lempung, tanah liat, tupa, breksi lumpur dan kerikil). Secara umum jenis tanah yang tersebar di Kota Cirebon ini relatif mudah untuk pengembangan berbagai macam jenis vegetasi.
Di Kota Cirebon terdapat empat sungai yang tersebar merata di seluruh wilayah yaitu Sungai Kedung Pane, Sungai Sukalila, Sungai Kesunean(Kriyan) dan Sungai Kalijaga. Sungai berfungsi sebagai batas wilayah antara Kabupaten Cirebon dan sebagai saluran pembuangan air.
Kota Cirebon sangat beruntung karena terletak di wilayah paling strategis di jantung Pulau Jawa, yakni titik bertemunya jalur tiga kota besar di Indonesia yakni Jakarta, Bandung, dan Semarang. Kota Cirebon adalah salah satu kota yang memiliki semua jenis transportasi. Semua jenis transportasi itu baik transportasi darat, laut, dan udara saling berintegrasi mendukung pembangunan di kota Cirebon.
Kota Cirebon merupakan pusat industri rokok milik British American Tobacco (BAT), salah satu produsen rokok putih terkemuka di dunia. Cirebon juga menjadi salah satu tempat industri yang ada di jawa barat, di Kota Cirebon banyak terdapat ratusan bahkan ribuan industri usaha kecil, menengah, hingga besar.
Sebagai tujuan wisata di Jawa Barat,wisata Cirebon tidak kalah dengan wisata Bandung, tasikmalaya,Bogor ataupun kota - kota lainnya di Jawa Barat. Kota Cirebon menawarkan banyak pesona mulai dari wisata sejarah kejayaan kerajaan Islam, wisata kuliner, wisata batik, wisata sejarah wali, wisata kota lama Cirebon,wisata bangunan gereja peningalan belanda, wisata mesjid, wisata belanja, tour keliling Kota Cirebon dan sentra kerajinan rotan.
Cirebon mempunyai 4 keraton sekaligus di dalam kota, yakni Keraton Kasepuhan, Keraton Kanoman, Keraton Kacirebonan dan Keraton Keprabon. Semuanya memiliki arsitektur gabungan dari elemen kebudayaan Islam, CIna, dan Belanda.
Bangunan keraton selalu menghadap ke utara dan ada sebuah masjid didekatnya. Setiap keraton mempunyai alun-alun sebagai tempat berkumpul, pasar dan patung macan di taman atau halaman depan sebagai perlambang dari Prabu Siliwangi, tokoh sentral terbentuknya kerajaan Cirebon.
Ciri lain adalah piring porselen asli Tiongkok yang jadi penghias dinding. Beberapa piring konon diperoleh dari Eropa saat Cirebon jadi pelabuhan pusat perdagangan Pulau Jawa.
Selain itu kota ini terkenal juga dengan sebuah taman yang dikenal dengan nama Taman Air Sunyaragi. Taman indah ini dilengkapi dengan teknologi pengaliran air yang sangat canggih pada masanya. Pada masa lalu, air-air mengalir diantara teras-teras tempat para putri raja bersolek, halaman rumput hijau tempat para ksatria berlatih, ditambah menara dan kamar istimewa yang pintunya terbuat dari tirai air.
Selain itu ada juga tempat-tempat peninggalan bersejarah yang lain seperti Masjid Agung Sang Cipta Rasa, kelenteng kuno, Makam Sunan Gunung Jati.
Kota Cirebon memiliki segudang potensi wisata belanja yang sangat banyak dan tidak kalah menarik dari kota - kota lainnya di Indonesia seperti Tasikmalaya, Bogor, Bandung, Semarang, dan kota - kota besar lainnya. Kota ini menyimpan kekhasan tersendiri saat belanja yakni perpaduan antara wisata belanja modern dan wisata belanja tradisional yang berbaur dan saling mendukung satu sama lain sehingga tercipta sebuah keunikan belanja yang tidak ditemukan di kota lainnya. Jika berkunjung ke Kota Cirebon, usahakanlah untuk mengunjungi setiap sudut kota dari ujung hingga ke ujung atau dari mal yang ada di kota cirebon hingga industri rumahan yang ada di kota ini, semuanya patut dicoba.
Mix by shiddiqi fajar